*)Ubah Rumah Kumuh Jadi Jadi Layak Huni
TANJUNGPINANG – Hujan menjadi momok bagi keluarga Tulus Situmeang/Boru Panjaitan dan tiga anaknya.
Rumah keluarga miskin yang tinggal di Jalan Sultan Mahmud, Gang Tumu No.15, Tanjungunggat Kecamatan Bukit Bestari, Tanjungpinang ini sudah tak layak huni lagi.
Atap bocor, dinding papan keropos, dinding triplek rumah terkelupas, asbes bocor, jendela bolong tanpa kaca, cat pudar, tiang mengerdil dimakan rayap.
Siapapun yang melihatnya pasti terenyuh (sedih sekali). Piring, kompor gas, pakaian, beras semua dipindahkan ke ruang tamu karena atap dapurnya sudah tembus ke langit.
Ruang dapur tak bisa lagi dipakai. Ruang tamu yang kecil itu pun kini semakin sempit karena barang-barang semua ditumpuk disana.
Atap juga sudah bocor di beberapa sudut rumah itu. Sangat mengganggu saat hujan turun. Jendela depan sudah plong. Tak ada kaca. Hanya ditutup selembar kain lusuh.
Pintu sudah keropos dan nyaris ambruk. Dinding hampir roboh. Penghasilan tidak menentu menambah pilu derita keluarga ini.
Sudah bertahun-tahun mereka hidup dengan derita ini. Tidak ada yang bisa dilakukannya. Tulus Situmeang memang sudah mengajukan bantuan untuk bedah rumah ke pemerintah.
Tak mungkin tembus. Bukan karena pemerintah pilih kasih. Tidak. Namun karena Tulus tak bisa memenuhi semua syarat yang diminta pemerintah.
Syarat paling utama memiliki tanah sendiri. Sementara tanah itu bukan milik Tulus. Tapi tanah warga yang disewa Rp400 ribu setahun. Sehingga proposal Tulus pasti ditolak sistem.
Jika dilihat dari kondisinya, Tulus paling patut mendapatkan program ini. Tapi itulah kondisinya. Rumah miliknya, tapi tanah milik orang lain.
Tapi Tulus dan keluarganya masih bersyukur. Pemilik tanah berbaik hati melihat kesulitan mereka. Pemilik tanah tidak memberatkan mereka. Sewa tanah tidaklah mahal setahun.
Sebenarnya, pemilik tanah pun mau menjualnya. Namun Tulus belum punya uang membeli tanah itu.
Kini, beban mereka berkurang. Aipda Dohar Sibagariang hadir di tengah-tengah keluarga ini. Tuhan menunjukkan jalan untuk keluarga ini.
Dohar lemas begitu pertama kali memijakkan kakinya di rumah itu. Hatinya begitu sedih seakan tidak percaya. Kesedihannya makin menjadi ketika melihat salah satu anak Tulus yang butuh perhatian khusus dan kini sekolah di SLB (Sekolah Luar Biasa).
Sat itu Dohar yang merupakan Wakil Ketua Punguan Siraja Naipospos, Boru, Bere, Ibebere Kota Tanjungpinang Kijang sekitarnya itu turun bersama Ketua B Lumbanbatu dan Op Rehuel (Pak Roi) penasehat punguan itu serta Pardede, Bere di punguan itu.
Dohar, sang polisi yang berjiwa sosial tinggi itu mulai merancang gerakan sosial untuk membantu keluarga Tulus.
Grup WhatsApp Punguan Siraja Naipospos mulai dipenuhi dengan foto-foto kondisi rumah itu sekaligus membuka permohonan bantuan dari anggotanya.
Perkiraan awal, dana sosial yang terkumpul paling sekitar Rp10 juta mengingat banyak juga anggota punguan yang ekonominya dihantam pandemi Covid-19 ini.
Namun, di luar dugaan. Aliran bantuan terus mengalir. Hingga, kamis (3/12) kemarin sudah terkumpul Rp13,84 juta. Jumlah ini di luar bantuan bahan material dari Simangunsong/Boru Situmeang.
Dohar juga yang rutin setiap saat mengkoordinir semua kegiatan ini. Baik peninjauan ke lapangan, rapat-rapat, menemui donatur, hingga turun setiap hari ke rumah itu untuk mengantar makanan tukang sekaligus melihat perkembangan terbaru.
Kamis kemarin, Dohar dan anggota punguan lainnya Sahat Tumpal Situmeang juga ikut turun ke lapangan. Saat itu, tukang sudah memperbaiki dinding papan dapur yang lapuk menjadi bata.
Dohar mengatakan, dirinya merasa berdosa apabila tidak berbuat apa-apa ketika melihat kondisi saudaranya seperti itu.
”Gerakan sosial bisa membantu mereka. Itulah yang kita lakukan bersama pengurus dan penasehat,” ujarnya kemarin.
Dia juga mengatakan, jika dibiarkan makin lama, rumah itu makin membahayakan. Tiang-tiang atap rumah itu makin lapuk karena kena hujan. Sehingga bisa roboh setiap saat. Nyawa keluarga itu jadi ancamannya.
Dengan gerakan sosial ini, rumah tersebut bisa diperbaiki. Meski tidak sempurna. Setidaknya mereka bisa nyaman berteduh. Bisa tidur nyenyak. Dapur tersebut bisa dipakai kembali.
Proses rehab rumah itu sudah dimulai 1 Desember 2020 kemarin. Perkiraan Dohar sesuai informasi dari tukang, rumah itu selesai diperbaiki sebelum Natal.
Sehingga Tulus dan anak istrinya bisa lebih bahagia saat Natal nanti. Hujan deras tidak menganggu mereka.
Bisa jadi, ini kado Natal terindah dari Punguan Siraja Naipospos untuk keluarga Tulus Situmeang tahun ini.
Rumah yang rusak parah itu sudah berubah kondisinya. Dohar yang begitu gigih menghasilkan perubahan yang lebih baik di rumah keluarga kurang mampu tersebut.
Sebelumnya, Dohar Sibagariang juga pencetus gerakan sosial dan berhasil mengumpulkan 77 paket sembako yang dibagikan kepada anggota punguan yang terdampak pandemi Covid-19 beberapa bulan lalu.
Dohar mengatakan, punguan marga ini sifatnya sosial. Saling membantu. Harus satu rasa, sepenanggungan. Menjungjung rasa gotong-royong. Itulah yang dibangunnya dari awal sejak dirinya menjadi wakil ketua.
”Terimakasih kepada seluruh saudara-saudara saya, Lae, Ito, Bere kami yang menyisihkan sebagian rezekinya kepada keluarga Tulus Situmeang. Tanpa kebersamaan kita semua, keluarga ini akan terus menderita. Kita telah meringankan sedikit beban hidup mereka,” katanya.
Ia juga berterimakasih kepada pengurus, penasehat, komisaris, tukang dan pihak lainnya yang membantu melancarkan gerakan sosial ini.
”Kiranya Tuhan menambahkan rezeki untuk kita semua,” demikian doa yang ikhlas dari Dohar.
Sahat Tumpal Situmeang, salah satu anggota punguan yang juga komisaris mengakui jika jiwa sosial Dohar Sibagariang memang sangat tinggi. Tidak pandang bulu dan selalu membantu siapapun.
Semangat Dohar ini membuat Punguan Siraja Naipospos makin hidup. Makin kompak. Makin dekat satu sama lain. Baginya, Dohar patut ditiru.
Karena punguan ini, intinya adalah sosial. Perkumpulan persaudaraan tanpa melihat asal kampung, derajat, agama dan status sosial. Ia bangga dengan jiwa sosial Dohar.
Berdasarkan informasi, punguan marga belum pernah membuat gerakan seperti ini merehab rumah anggotanya yang rusak parah. Dimasa kepengurusan Dohar inilah, sejarah baru telah dicatat.
Punguan ini telah ikut membantu pemerintah membantu rakyatnya yang tidak mampu. Semoga, perbuatan-perbuatan seperti ini tidak terhenti disini saja. Perkuat gerakan sosial dalam perkumpulan marga seperti ini.
Tulus sendiri merupakan pengojek. Sebelum pandemi, penghasilannya dari antar jemput sekolah. Itupun pas-pasan untuk biaya hidup mereka.
Sejak Maret lalu pandemi Korona ini merongrong penghasilan tulus. Sekolah tatap muka ditiadakan. Tulus tidak punya panghasilan lagi. Istrinya membantu orang jualan di pasar. Itulah yang mereka hemat-hemat untuk biaya hidup sehari-hari.
Sehingga, untuk mengganti atap rumahnya saja, Tulus tak punya uang. Bahkan peralatan dapur pun sangat terbatas di rumahnya. Piringnya hanya beberapa buah saja.
Jika ada tamu, untuk tempat gorengan saja tak ada. Tak ada juga cangkir. Karena itu, bagi anggota Punguan Siraja Naipospos, jika berkunjung ke rumah itu, silahkan membantu dengan membawa peralatan dapur.
Selain di Punguan Siraja Naipospos, Dohar juga aktif di Punguan Napitupulu (dari keluarga istrinya), Punguan Purba (dari keluarga pamannya), Punguan Manurung (paman dari istrinya) dan organisasi sosial lainnya.
Di setiap kegiatan sosial, Dohar juga aktif. Seperti membesuk, orang sakit, orang meninggal dan kegiatan sosial lainnya.
Kini, berkat koordinir polisi yang bertugas di jajaran Polres Tanjungpinang itu, keluarga Tulus Situmeang telah merasakan, bahwa punguan begitu sayang kepadanya dan keluarganya.***