Beritaibukota.com,KEPRI – Hutan mangrove mulai habis ditebangi di Provinsi Kepri. Hilangnya mangrove dari Kepri ini lebih banyak dikarenakan untuk ditimbun dan dijadikan lahan.
Gubernur Kepri H. Ansar Ahmad menegaskan komitmen Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau yang dipimpinnya dalam konservasi hutan mangrove, padang lamun, dan terumbu karang. Ketiga komponen pesisir tersebut merupakan penyerap karbon yang efektif hasil efek rumah kaca di daerah maritim seperti Kepri.
Ansar menjelaskan jika Kepri sebagai daerah pesisir memang memiliki kawasan konservasi mangrove yang sangat luas. Total luas mangrove di Kepri sendiri mencapai 67,417 hektare.
“Kami menyadari jika mangrove dan terumbu karang itu merupakan penghasil oksigen yang jauh lebih besar dari hutan tropis, karena itu mangrove di Kepri ini harus kita jaga betul keberadaannya melalui pengaturan tata ruang yang jelas,” ujar Gubernur, Rabu (15/12).
Tidak hanya sebagai lumbung oksigen, menurut Gubernur kawasan mangrove di Kepri juga mempunyai nilai ekonomis pariwisata yang dapat dikemas dalam bentuk ecotourism. Ecotourism atau ekowisata adalah konsep pariwisata yang membangun budaya dalam menghormati dan melestarikan lingkungan sekitar sembari memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi pelancong.
“Di Lagoi Bintan, ada banyak resor yang menawarkan paket wisata mangrove discovery tour, turis mancanegara bisa melihat keanekaragaman hayati di mangrove sambil belajar tentang mangrove,” ujarnya.
Gubernur Ansar lalu menceritakan pengalamannya saat menjadi Bupati Bintan, bagaimana dirinya berhasil merubah mata pencaharian masyarakat di desa Berakit, untuk berhenti menebang mangrove yang dijadikan arang dan beralih menjadi nelayan.
“Masyarakat Kepri masih membutuhkan edukasi dan sosialisasi tentang pentingnya mangrove bagi kehidupan, dengan hadirnya IOJI ke Kepri kita bisa mendapatkan pandangan baru tentang mangrove yang ada di Kepri,” tutur Gubernur.
IOJI merupakan lembaga think tank independen yang berkonsentrasi pada advokasi kebijakan di tingkat nasional maupun regional mengenai kemaritiman dan pelestarian lingkungan. Didirikan pada 24 Januari 2020, IOJI juga bekerja memperkuat jaringan kerjasama pemerintah dan masyarakat sipil untuk mengembangkan perlindungan kawasan pesisir yang berkelanjutan.
CEO IOJI, Mas Achmad Santosa, mengatakan tujuan organisasinya datang ke Kepri adalah untuk melakukan penelitian tentang karbon biru yang ada di Kepri. Dari hasil pengamatan mereka di beberapa desa di Bintan seperti desa Penghujan, Penaga, dan Berakit, potensi karbon yang dapat diserap mangrove di Kepri sangat masif untuk mengintervensi perubahan iklim yang semakin nyata.
“Dari hasil pertemuan kami dengan pak Gubernur, kami bisa melihat jika pak Gubernur memang sangat paham tentang konservasi mangrove dan juga bagaimana kedepannya Pemprov Kepri bisa membuat banyak kebijakan melindungi hutan mangrove,” ujar Achmad Santosa.
Gubernur berharap kedatangan IOJI kali ini bisa terus dilanjutkan dengan kolaborasi antara akademisi di Kepri dengan IOJI untuk menghasilkan penelitian tentang karbon biru yang dapat dihasilkan oleh Kepulauan Riau.
“Kami pemerintah daerah sangat membutuhkan masukan dan pikir dari organisasi seperti IOJI, kedepannya kita bisa menjadi mitra untuk perlindungan mangrove dan juga pemanfaatan ekonomis mangrove,” tutup Gubernur. (fik)