Beritaibukota, – Donnis Sitohang, 47, warga Kecamatan Sidalu-Dalu, Palipi, Kabupaten Samosir, memberi contoh terhadap pengelolaan sumber ikan yang ada di Danau Toba. Selama ini, ikan tawar di Danau Toba kebanyakan langsung dikonsumsi setelah ditangkap. Donnis ingin merubah paradigma itu. Donnis memprosesnya dengan cara berbeda. Pria ini mengubah ikan tawar untuk diawetkan sehingga bisa bertahan lebih lama. Atau umumnya dikenal dengan istilah pengasinan ikan.
Cara ini bisa jadi contoh bagi penduduk Samosir. Bahkan bisa jadi sumber penghasilan baru di Samosir. Apalagi di masa pandemi covid, dibutuhkan sumber penghasilan tambahan karena tantangan hidup semakin keras.
Donnis baru menggeluti usaha kecilnya ini sejak September 2020. Per bulannya, bisa menghasilkan keuntungan kurang lebih Rp 3 juta dari usaha ikan asin dan pellet yang dibuatnya sendiri. Daerah pasarannya selain Samosir juga Pekanbaru, Dumai dan Kerinci.
Daerah pemasaran ikan asin dari Danau Toba sebenarnya cukup banyak. Keterbatasan tenaga kerja dan penyuplai bahan ikan menjadi kendala. Akibatnya banyak permintaan yang belum bisa terpenuhi.
Nelayan setempat sangat dibutuhkan untuk menyanggupi permintaan dari luar kota. Tentu ini peluang besar bagi warga Samosir yang ingin serius menggeluti usaha ini.
Apalagi sumber ikan nya banyak tapi belum termanfaatkan lebih produktif. Waktu yang dibutuhkan untuk proses pengasinan juga tidak lama. Proses pengasinan ikan hanya 2-3 hari. Jenis ikan yang diasinkan jenis ikan red devil dan ikan kaca-kaca. Pengawetannya dilakukan secara alami. Menggunakan garam yang menjadi bahan utama proses pengasinan. Ikan terlebih dahulu direbus menggunakan air garam. Setelah itu dijemur dan dilakukan pengguntingan sirip ikan.
Donnis mengatakan tidak butuh sekolah tinggi hanya untuk mengasinkan ikan. Ia sendiri hanya belajar dari
temannya, Rumapea di Nainggolan. Tanpa pikir panjang, Donnis langsung terjun menggeluti usaha pengasinan. Dengan modal terbatas yang dimilikinya, Donnis langsung mendirikan keramba ikan untuk penampungan.
Donnis menjalani usah kecil ini dengan segala keterbatasan modal. Ia juga berharap pemerintah Samosir berkenan memperhatikan pengembangan usaha keluarga tersebut. “Saya belum punya modal buat pondok dikawasan keramba. Itu sangat dibutuhkan untuk penyimpanan bahan baku. Jika pemda Samosir mau membantu, saya sangat berterimakasih, ” ungkapnya.
Donnis juga mengatakan jika ada penduduk Samosir yang mau belajar, Ia siap mengajari mereka. Donnis merasa pengetahuan itu harus dibagi dan harus bisa membantu sesama. “Silahkan datang. Saya akan ajari, ” kata Donnis mengahkiri pembicaraan. (Untung Situmorang)