Oleh: Suyono Saeran (Staf Khusus Gubernur Kepri)
Setiap bertemu dengannya ada kesan sederhana dan biasa saja. Lelaki ini juga selalu murah senyum dan tidak pernah lepas kopiah putih di kepalanya. Namanya Marzuki. Alumni angkatan pertama Fakultas Perminyakan Universitas Islam Riau (UIR) tahun 1984 ini dikenal cukup gigih dalam mendorong terealisasinya program Kepri Terang yang digagas Gubernur Kepulauan Riau Ansar Ahmad. Maklum, posisi laki-laki kelahiran Bintan 2 April 1966 saat ini memang sebagai Kepala Bidang Ketenagalistrikan Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau. Sebuah bidang yang bertanggung jawab secara khusus terhadap perencanaan dan pembangunan kelistrikan yang dilaksanakan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau.
Teman satu kelas Gubernur Ansar Ahmad ketika semasa di Sekolah Dasar Negeri 3 Kijang, Bintan Timur, Kabupaten Bintan ini punya tekad kuat bagaimana seluruh masyarakat Kepulauan Riau bisa menikmati listrik dengan murah dan mudah. Untuk itu begitu Program Kepri Terang dicanangkan Gubernur Ansar Ahmad, dirinya bergegas menyusun program dan perencanaan untuk realisasi pembangunan pembangkit listrik di wilayah-wilayah yang selama ini belum terjangkau listrik PLN.
Baginya persoalan listrik adalah persoalan keadilan di bidang energi. Ketika Marzuki duduk santai di rumah bersama keluarga sambil menonton televisi dan menikmati air dingin yang baru diambil dari kulkas, terbayang masyarakat pulau dan pesisir yang tidak bisa menikmati apa yang dirasakannya karena persoalan listrik yang belum dinikmati oleh masyarakat pulau dan pesisir tersebut.
Karena itu begitu program Kepri Terang dicanangkan dirinya bersama staf di Dinas ESDM Kepri langsung terjun ke lapangan menyisir pulau-pulau dan wilayah pesisir yang belum terjangkau listrik PLN.
“Ketika kita turun ke pulau-pulau dan pesisir ada wajah sedih dan penuh harap kalau bercerita soal listrik. Mereka sudah bertahun-tahun menggelar keinginan. Mereka sudah begitu lama bermimpi soal listrik PLN yang menerangi rumah-rumah mereka,” kata Marzuki menceritakan pengalamannya ketika turun ke lapangan.
Untuk itu dirinya mendata seluruh wilayah di Kabupaten dan Kota di Kepulauan Riau yang belum terjangkau listrik PLN. Tidak jarang Marzuki harus menginap berhari-hari di sebuah pulau untuk merampungkan pendataan dan perencanaan agar listrik PLN bisa masuk di rumah-rumah warga yang tinggal di pulau tersebut.
Banyak kisah yang Marzuki sampaikan selama dirinya keluar masuk pulau dan pesisir ketika melakukan pendataan. Mulai dari anak sekolah yang kesulitan belajar karena listrik tidak ada sampai keinginan warga yang ingin pulaunya terang benderang seperti di kota. Maklum, kalau pun ada listrik yang disediakan dari mesin genset kapasitasnya terbatas. “Dan itu biayanya sangat mahal. Tidak semua warga bisa menikmati listrik genset yang disediakan oleh warga yang mampu di pulau itu karena biayanya mahal,” kata lelaki yang tahun 1994 pertama kalinya mengabdikan diri jadi ASN di Kantor Wilayah Riau Kementerian Pertambangan dan Energi ini.
Menurut Marzuki, persoalan listrik punya keterkaitan erat dengan persoalan peningkatan ekonomi masyarakat. Kalau sebuah pulau bisa terakses listrik PLN maka akan banyak hal yang bisa dibuat oleh masyarakat tersebut. Mereka bisa produksi es batu agar hasil tangkapan ikannya tidak cepat busuk untuk bisa dijual ke daerah lain karena sebagian besar masyarakat pulau adalah nelayan. Anak-anak sekolah bisa belajar dengan tenang karena listrik tersedia serta ekonomi kreatif tumbuh karena usaha kecil-usaha kecil berkembang karena dukungan listrik yang memadai.
“Yang diperlukan adalah nurani kita memperjuangkan. Pemerintah sebagai pengambil kebijakan memang tidak boleh diam. Soal listrik mereka harus bisa dipenuhi. Karena betapa tidak adilnya ketika sebagian orang tertawa dalam terang benderang mereka justru menangis dalam kegelapan,” kata Marzuki pelan.
Tanpa kenal lelah dan menyerah melalui Dinas ESDM yang bekerja sama dengan PT PLN (Persero), Marzuki kemudian mulai merancang satu persatu pemasangan jaringan listrik di pulau-pulau dan pesisir.
Atas arahan Gubernur Ansar Ahmad dirinya juga terus melakukan koordinasi dengan PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Riau dan Kepulauan Riau agar pembangunan pembangkit listrik di pulau-pulau dan pesisir di Kepri bisa terealisasi. Apa lagi tahun 2021 pemerintah pusat sudah mencanangkan pemasangan listrik bagi 20.000 rumah tangga yang belum teraliri listrik PLN.
“Ini kesempatan yang harus dijemput. Kasihan kalau mereka terus bermimpi dalam gelap. Mereka punya hak untuk menikmati listrik. Mereka harus diperjuangkan agar persoalan terang tidak hanya dinikmati oleh mereka yang di kota. Mereka yang di pinggiran, di pulau-pulau dan pesisir juga harus diperjuangkan agar bisa menikmati indahnya hidup dengan listrik,” katanya.
Namun persoalan pembangunan listrik di wilayah pulau-pulau dan pesisir di Kepulauan Riau, katanya, membutuhkan anggaran yang tidak sedikit. Sementara Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kepulauan Riau mengalami recofusing yang cukup besar sehubungan pandemic Covid-19.
Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau terpaksa memutar otak agar tidak kliyengan untuk membiayai realisasi pembangunan jaringan dan pembangkit listrik di pulau-pulau dan pesisir. Pembiayaan realisasi program Kepri Terang tidak mungkin sepenuhnya bertumpu pada APBD yang tahun 2021 besarnya tidak sampai Rp 4 trilyun.
Salah satu alternatif untuk pembiayaan pembangunan program Kepri Terang kemudian memanfaatkan dana Corporate Social Responsibility (CSR) dari beberapa perusahaan besar di Kepulauan Riau. Dari dana CSR yang berkolaborasi dengan pembiayaan APBD Kepri tahun 2021 akhirnya bisa dilakasanakan pembangunan jaringan dan pembangkit listrik di beberapa pulau di Lingga, Anambas, Karimun, Batam dan Natuna. Keterlibatan PT PLN (Persero) Unit Induk Riau dan Kepulauan Riau sangat besar dalam program ini. Sebagai satu-satunya perusahaan penyedia listrik nasional memang punya tanggung jawab yang besar untuk pembangunan listrik di seluruh wilayah Indonesia termasuk Kepulauan Riau.
“Kondisi existing masyarakat di pulau-pulau kita memang memerlukan kebijakan yang berani soal listrik. Tapi keberhasilan tidak akan dicapai kalau usaha tidak dimulai. Dan hari ini sebagian besar wilayah pulau-pulau dan pesisir di Kepulauan Riau yang dulunya gelap kini terang benderang karena listrik PLN yang sudah dibangun. Memang masih ada beberapa yang belum dan sedang kita tuntaskan. Dan insyaa Allah akan berhasil dituntaskan kalau semua pihak mendukung dan mendorong terealisasinya program listrik masuk pulau dan pesisir ini,” jelasnya.
Sejak dilantik sebagai Gubernur Kepulauan Riau pada Februari 2021 yang lalu, Program Kepri Terang yang dicanangkan Gubernur Ansar Ahmad sudah merealisasikan pembangunan jaringan listrik masuk desa sebanyak 2.834 titik di beberapa kabupaten dan kota di Kepulauan Riau.
Selain itu masih ada 2060 titik lagi untuk bantuan biaya penyambungan listrik gratis bagi rumah tangga kurang mampu yang sedang dikerjakan dan direncanakan sampai tahun 2022 ini. “Kita tetap optimis semua bisa kita selesaikan. Kebijakan dan kerja keras yang sustainable akan mampu menjawab kebutuhan masyarakat soal listrik,” pungkas Marzuki.***