Jumat, Februari 7, 2025
BerandaNasionalMendagri Tepis Kondisi Geografis Jadi Alasan Lambatnya Vaksinasi. Tito "Kenapa Kepri Bisa...

Mendagri Tepis Kondisi Geografis Jadi Alasan Lambatnya Vaksinasi. Tito “Kenapa Kepri Bisa Berhasil”

Beritaibukota.com,NASIONAL – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian meminta kepala daerah di Indonesia tidak menjadikan kondisi geografis menjadi alasan belum tercapainya target vaksinasi.

“Saya melihat di Kepulauan Riau (Kepri) justru capaian vaksinasinya cukup tinggi,” kata Tito dikutip dari laman kemendagri.go.id, Kamis (23/12).

Tito mengatakan bagaimana hasil kunjungannya ke Kepri Bulan lalu yaitu di Batam, Bintan, bahkan Anambas yang ombaknya besar, ada juga pulau yang terletak tersendiri, ada pulau terluar di Laut Cina Selatan, Pulau Sekatung, tapi capaian vaksinnya tinggi. “Padahal pulau terjauh tapi bisa,” imbuh Mendagri.

Kepala daerah di seluruh Indonesia diminta menciptakan terobosan dan inovasi yang kreatif untuk menggenjot percepatan vaksinasi Covid-19. Tito mengatakan kepala daerah juga harus belajar dari kepala daerah lain yang wilayahnya sudah sukses mempercepat vaksinasi seperti Bali dan Daereah Istimewa Yogyakarta yang hampir 100 persen.

Di lain sisi, Mendagri mencontohkan pula daerah yang berhasil mencapai target vaksinasi karena menggunakan basis administrasi pemerintahan.

“Seperti yang dilakukan DKI dan Bali. Di Bali dimulai berbasis banjar (kampung). Setiap kampung ada balai banjar. Sehingga terjadi penyebaran vaksinator di setiap banjar, kampung lebih kecil daripada desa. Setelah itu kepala banjarnya aktif memanggil masyarakat, siapa yang belum divaksin, dia diundang ke sana. Di sana kecepatan vaksin sangat cepat sekali. Itu juga tidak ada pengumpulan massa, sehingga tidak ada penularan juga,” urainya.

Berikutnya, sambung Mendagri, di Jakarta digunakan basis pemerintahan Rukun Warga (RW). Jadi per RW, begitu vaksin datang dibagi sekaligus dengan sarana prasarananya. Kecepatannya lebih tinggi lagi daripada Bali karena berbasis RW. “Mobilisasinya lebih mudah karena ada tokoh-tokoh masyarakat di RW,” lanjutnya.

Selanjutnya, ia menjelaskan pula, ada daerah yang berbasis pusat vaksinasi seperti di GOR. Dengan dipusatkan di gedung tertentu, orangnya yang diundang ke sana. Namun demikian, terdapat problem apabila dilakukan secara terpusat seperti itu. Sebab, apabila terjadi kerumunan akan ada potensi penularan.

“Orang tua susah untuk dibawa ke sana, karena susah jalan, sakit, problem untuk mobilisasi orang untuk ke situ. Kelebihannya lebih mudah, disentralisir, vaksinatornya ada di situ, ada doorprize,” beber Mendagri.

Kemudian, lanjut Mendagri, ada pula daerah yang menggunakan pendekatan secara mobile, misalnya dengan menggunakan kendaraan, lab truck, pulau dengan berbasis kapal. Dengan menggunakan kendaraan, mereka bergerak dengan vaksinatornya masuk ke kampung mendatangi masyarakat.

“Karena masyarakatnya malas datang. Jadi jemput bola. Selain itu door to door. Terutama yang lansia. Diharapkan lansia jadi prioritas. Kita bersyukur risiko penularan Covid-19 kita saat ini rendah. Menurut WHO, Indonesia masuk level 1,” pungkas Mendagri. (nto)

ARTIKEL TERKAIT

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.