Jumat, Juni 13, 2025

“SAKTI”

Oleh : Febry Silaban, S-2 UI jurusan Kebijakan Publik

Pertama kali mendengar kata “sakti”, masyarakat pada umumnya langsung mengaitkannya pada hal berbau klenik hingga mitologi. Misalnya, dukun sakti, orang sakti, keris sakti, dll. Kata “sakti” sering disamakan dengan kata “ajaib”. Padahal kedua kata ini berbeda makna.

Ajaib atau keajaiban biasanya berhubungan dengan fenomena. Ajaib memiliki arti ganjil, aneh, jarang ada, tidak seperti biasa, mengherankan. Sementara sakti atau kesaktian berhubungan dengan kemampuan melakukan sesuatu yang luar biasa. Kemampuan ini bukan hanya di atas normal, tetapi melampaui normal itu sendiri (adikodrati).

Berbeda dengan keajaiban, kesaktian membutuhkan adanya pembuktian. Kesaktian harus bisa dibuktikan melalui serangkaian tes.

Valerjan Romanovski, misalnya. Dia dijuluki manusia es karena daya tahannya terhadap suhu dingin yang ekstrem. Selain memiliki berbagai rekor dunia, Romanovski juga mampu memecahkan rekor mandi es selama 3 jam, 28 menit. Dengan serangkaian tes itu, Romanovski layak disebut manusia sakti karena sudah membuktikan kemampuannya di atas rata-rata.

Pancasila juga dianggap sakti karena sudah mengalami serangkaian uji coba ketahanan sebagai falsafah bangsa sejak awal kemerdekaan hingga kini. Puncaknya saat terjadi pemberontakan partai komunis pada September 1965, yang dapat digagalkan rakyat dan TNI pada 1 Oktober 1965. Oleh karena itu, tanggal 1 Oktober ini disepakati dan diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

Akhir-akhir ini masyarakat sering dibikin geram karena melihat figur publik atau pejabat publik tidak hafal Pancasila. Gejala itu patut diwaspadai. Memang benar, Pancasila yang sesungguhnya tidak dihafal melulu. Agar kesaktian Pancasila terjaga, diperlukan tindakan progresif yang nyata oleh segenap rakyat Indonesia.

Seperti mantra dan doa. Jika kita tidak melaksanakan apa yang kita doakan dan mantra yang kita rapalkan, dunia tidak akan berubah. Pancasila tidak sakti, jika kita tidak menjalankan lima sila itu.

Cara tepat melaksanakan Pancasila adalah cara lama yang sudah diresepkan ribuan tahun, dipegang oleh para filosof kuno dari Yunani, Romawi, Arab, China, dan kerajaan-kerajaan Nusantara ini.

KERJAKAN APA YANG KITA KATAKAN, KATAKAN YANG KITA KERJAKAN. Pancasila adalah sikap dan perilaku. Wujudkan Pancasila dalam berkomitmen, berfikir, dan dalam semua tugas yang kita lakukan. Itulah Pancasila.

Selamat Hari Kesaktian Pancasila!
Bojonegoro, 1 Oktober 2022
✍️FS

ARTIKEL TERKAIT

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses