Beritaibukota.com,- Informasi terkait vaksin virus corona yang akan dipasarkan 2021 sepertinya tidak bisa diberikan kepada semua orang. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan, orang muda dan sehat kemungkinan tidak akan mendapatkan vaksin virus corona hingga 2022 pada Rabu (14/10).
Kepala Ilmuwan WHO, Dr. Soumya Swaminathan, seperti yang tertulis di CNBC mengatakan pemberian vaksin pertama akan diprioritaskan kepada petugas kesehatan, pekerja garis depan dan orang tua. Meski demikian, rincian penerima vaksin prioritas masih dikerjakan oleh WHO dan tim penasihatnya. Apalagi, vaksin untuk virus tersebut belum dianggap aman dan efektif oleh WHO, Uni Eropa atau Amerika Serikat.
Swaminathan mengatakan, saat ini, masyarakat cenderung berpikiran bahwa pada tanggal 1 Januari atau 1 April, mereka akan mendapatkan vaksin, dan kemudian semuanya akan kembali normal. “Tidak akan berhasil seperti itu,” jelasnya kepada CNBC.
Dia memprediksi, dunia diharapkan akan memiliki setidaknya satu vaksin yang aman dan efektif pada tahun 2021. Namun jumlah vaksin ini tersedia dalam jumlah terbatas.
Seperti yang diketahui, saat ini, lebih dari 10 vaksin virus corona di seluruh dunia sedang dalam uji klinis tahap akhir. Swaminathan menambahkan, karena berbagai vaksin berpotensi untuk didistribusikan, Kelompok penasihat strategis yang terdiri dari para ahli imunisasi (SAGE) akan merilis panduan tentang populasi apa yang paling cocok untuk setiap vaksin dan bagaimana mendistribusikannya secara logistik.
“Kebanyakan orang setuju bahwa ini dimulai dengan petugas kesehatan dan petugas garis depan, tetapi bahkan kemudian Anda perlu menentukan siapa di antara mereka yang memiliki risiko tertinggi dan kemudian orang tua dan seterusnya,” kata Swaminathan.
Dia bilang, akan ada banyak panduan yang akan dirilis. “Tapi saya pikir orang muda yang sehat mungkin harus menunggu hingga 2022 untuk mendapatkan vaksin,” tegasnya.
Sumber: CNBC,Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Sementara itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengatakan pada hari Rabu (14/10/2020) bahwa vaksin Covid-19 mungkin awalnya tidak direkomendasikan untuk anak-anak, saat sudah tersedia nanti.
Anak-anak, yang jarang memiliki gejala Covid-19 yang parah, belum diuji untuk vaksin virus corona eksperimental.
Mengutip Reuters, CDC mengatakan sejauh ini uji klinis awal hanya mencakup orang dewasa yang tidak hamil. Selain itu, CDC mencatat, kelompok yang direkomendasikan dapat berubah di masa depan karena uji klinis berkembang untuk merekrut lebih banyak orang.
Pfizer Inc mengatakan akan mendaftarkan anak-anak, yang mampu menularkan virus ke kelompok berisiko tinggi, dengan usia paling muda 12 tahun dalam uji coba vaksin Covid-19 tahap akhir yang besar.
Sementara AstraZeneca mengatakan, subkelompok pasien dalam percobaan besar akan menguji anak-anak berusia antara lima hingga 12 tahun.
Belum ada vaksin untuk Covid-19, tetapi beberapa perusahaan seperti Pfizer dan Moderna Inc sedang dalam uji coba tahap akhir dari vaksin eksperimental mereka.
CDC juga mengatakan pada hari Rabu bahwa vaksin virus corona apa pun, setidaknya pada awalnya, akan digunakan di bawah otorisasi penggunaan darurat Food and Drug Administration, dan kemungkinan bakal ada pasokan vaksin terbatas sebelum akhir tahun 2020.
“Jika pasokan terbatas, beberapa kelompok mungkin disarankan untuk mendapatkan vaksin Covid-19 terlebih dahulu,” kata CDC.
Menurut panel ahli independen, vaksin virus corona harus diluncurkan dalam empat fase, di mana pasokan awal diberikan kepada petugas kesehatan garis depan. (redaksi/kontan/CNBC)