Beritaibukota.com,NASIONAL – Penanganan sampah laut yang berkelanjutan harus menjadi prioritas. Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut mengedukasi masyarakat terkait pentingnya penanganan sampah laut yang berkelanjutan.
Hadir sebagai narasumber, Asisten Deputi (Asdep) Pengelolaan Sampah dan Limbah Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Rofi Alhanif dan Direktur Sekolah Dasar, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) selaku Koordinator Kelompok Kerja 1 Tim Pelaksana RAN PSL, Sri Wahyuningsih.
Asisten Deputi (Asdep) Pengelolaan Sampah dan Limbah Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Rofi Alhanif mengatakan persoalan sampah bermula dari pengolahan sampah di darat yang belum baik. Data BPS menunjukan Indeks ketidakpedulian masyarakat sebesar 72%, artinya masyarakat belum peduli dan memandang persoalan sampah ini bukan tanggung jawab mereka. Padahal, lanjutnya, 80 persen sampah di laut berasal dari darat dan sisanya berasal dari aktifitas di pesisir dan laut.
Karena permasalahan plastik itu, Asdep Rofi menyebutkan bahwa beberapa tahun yang lalu ada seekor Paus yang mati di Wakatobi. Ternyata, didalam perutnya ditemukan tidak kurang dari 9 kilogram plastik. Ini mengindikasikan tingginya polusi sampah plastik di laut sehingga berdampak negative pada biota laut. Ini tentu disebabkan oleh perilaku masyarakat kita yang yang kurang baik dalam pengelola sampah di darat,” beber Asdep Rofi dikutip dari laman Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Selasa (14/12).
Jumlah sampah plastik dan sampah medis, sambungnya, semakin meningkat ketika pandemi berlangsung. “Solusi penanganannya adalah bagaimana kita berupaya mengurangi sampah di lingkungan kita, memilah sampah plastik yang sudah dibersihkan dari rumah kita, dan menghindari penggunaan sampah plastik sekali pakai,” kata Asdep Rofi.
Menanggapi pernyataan Asdep Rofi, Direktur Sekolah Dasar, Kemendikbud Ristek Sri Wahyuningsih menyatakan adanya upaya-upaya edukasi dalam sektor pendidikan. “Tentu ini dipengaruhi oleh perilaku kita semua dan bagaimana mengubah perilaku tersebut. Kami di sektor pendidikan melalui khususnya peserta didik mengenalkan terlebih dahulu terkait bagaimana potensi kekayaan Indonesia termasuk potensi maritim,” tegasnya. Hal ini menurutnya dilatar belakangi temuan bahwa ternyata perilaku hidup sehat masyarakat hanya meningkat di rumahnya saja, sementara di luar itu mereka kurang menjaga kebersihan lingkungannya.
Oleh karena itu, Direktur Sri mengatakan bahwa institusinya berupaya untuk mengedukasi masyarakat sejak dini agar memahami esensi perilaku hidup bersih dan sehat. “Persoalannya perilaku yang diajarkan di sekolah seperti membuang sampah, memilah sampah bahkan menggunakan sampah limbah yang masih bisa digunakan menjadi nilai ekonomis tetapi di rumah ketika tidak terkawal dengan baik maka ini dapat menimbulkan masalah tersendiri, urainya.
Terakhir Direktur Sri menyampaikan, bahwa Kemendikbud Ristek selalu berupaya untuk mengedukasi peserta didik dijenjang manapun. “Kami selalu mengedukasi anak-nak agar menjadi agen perubahan minimal dirumah contohnya orang tua. Harapannya adalah anak-anak kita bisa memberikan masukan kepada orang tua,” pungkasnya.
Direktur Sri menambahkan, anak-anak harus ditumbuhkan rasa cinta terhadap Indonesia yang memiliki kekayaan dan potensi sumber daya alam khususnya laut. “Anak-anak harus memahami esensi dari laut itu sendiri sebagai bagian dari kehidupan manusia sehingga harus dijaga dari sampah,” ujarnya. Terutama, karena sekitar 80 persen sampah ada di darat, kemudian akhirnya berakhir di laut.
Pemerintah, melalui Perpres Nomor 83/2018 tentang Penanganan Sampah Laut menargetkan pengurangan sampah plastik di laut hingga 70 persen hingga tahun 2025. Upaya dalam pengurangan sampah seperti edukasi sejak dini harus terus dilakukan. (nto)